Penulis : Drs. Hamlan Kamaludin
Editor : Odhe Isma
Falsafah Fagogoru, sebuah warisan luhur yang telah diwariskan turun temurun oleh nenek moyang Weda – Patani – Maba, kini terancam terlupakan. Ajaran yang syarat makna seperti Sopan re Hormat, Ngaku re Rasai, Budi re Bahasa, dan lainnya, menjadi pondasi moral dan etika yang kokoh bagi masyarakat Fagogoru. Namun, seiring berjalannya waktu, nilai-nilai luhur ini mulai terkikis oleh arus modernisasi dan pengaruh budaya luar.
Sopan re Hormat, yang mengajarkan tata krama dan penghormatan kepada sesama, kini mulai memudar. Sikap individualistis dan kurangnya rasa hormat kepada yang lebih tua menjadi pemandangan yang umum. Ngaku re Rasai, yang menekankan pentingnya persaudaraan dan rasa memiliki, juga tergerus oleh egoisme dan persaingan yang tidak sehat. Budi re Bahasa, yang mengajarkan pentingnya menjaga ucapan dan berkomunikasi dengan sopan, terkadang dilupakan dalam era digital yang serba cepat dan cenderung kasar.
Ironisnya, nilai-nilai luhur Fagogoru ini justru semakin terlupakan di tengah upaya pembangunan yang gencar di daerah tersebut. Alih-alih menjadikan Fagogoru sebagai landasan moral dalam pembangunan, seringkali nilai-nilai ini justru diabaikan demi mengejar kemajuan material. Akibatnya, muncullah berbagai permasalahan sosial seperti konflik antar suku, degradasi moral, dan hilangnya rasa persatuan.
Sebagai anak negeri Fagogoru, kita memiliki tanggung jawab untuk melestarikan warisan luhur ini. Mari kita renungkan kembali makna dari setiap ajaran Fagogoru dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menghidupkan kembali nilai-nilai luhur ini, kita dapat membangun masyarakat Fagogoru yang harmonis, berakhlak mulia, dan sejahtera. Fagogoru bukan hanya sekadar filosofi, tetapi juga sebuah pedoman hidup yang dapat membawa kita menuju masa depan yang lebih baik.